Sayur bikin gemuk? Mitos atau fakta?
Dunia gizi Indonesia, khususnya di bidang diet sedang digemparkan oleh diet ekstrim salah satu artis tanah air, Tya Ariestya. Sebenarnya, diet artis ini bukan yang pertama memikat perhatian khusus para masyarakat Indonesia. Sekalinya ada berita diet artis yang berhasil menurunkan xx kilogram dalam waktu x bulan, atau turun berat badan signifikan dengan durasi singkat, pasti masyarakat Indonesia langsung berbondong- bondong kepo.
Baca juga: 7 TIPS DIET UNTUK PEMULA
Lalu, apa yang membuat diet ala Tya Ariestya ini mengundang keresahan ahli gizi?
Sayur bisa menghambat penurunan berat badan?
Salah satu pernyataan yang cukup mengejutkan dalam buku karya Tya Ariestya, The Journey of #FitTyaAriestya, ia menulis bahwa kebanyakan makan salad atau sayuran mentah bisa menambah berat badan. Selain itu, ada juga pernyataan bahwa zat selulosa dalam sayuran akan memperlambat proses metabolisme. Semua ini mengarah ke penambahan berat badan.
Sayur, yur, kok kamu dikambinghitamkan sebagai penghambat diet. Moms, alasan utama Tya menghindari sayur sebenarnya yaitu karena ia memang tidak terlalu menyukai sayur. Yuk, mari bersama coba sedikit membahas apakah sayur memang bisa menghambat penurunan berat badan. Apakah tepat pernyataan bahwa sayur bisa bikin gemuk?
#1 Selulosa, serat resisten yang tidak dapat dicerna sempurna oleh tubuh
Tya menyebut selulosa sebagai salah satu alasan kenapa sayur justru bisa menaikkan berat badan. Sudah tepatkah pernyataan tersebut? Sebenarnya apa sih, selulosa itu?
Selulosa termasuk dalam kelompok karbohidrat yang terdapat dalam sayur. Selulosa adalah komponen mayor pada tumbuhan yang membantu jaringan tumbuhan untuk tetap kuat dan kaku. Mengutip dari Cummings (Jurnal Gut, 1984 halaman 805- 810), selulosa memang tidak tercerna dalam perut dan usus halus manusia. Namun, selulosa akan terfermentasi bersama dengan serat pagan lain dan zat pati resisten usus besar untuk memproduksi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid atau SCFA).
SCFA ini menjadi sumber energi sel di permukaan usus besar sehingga membantu kesehatan usus besar. SCFA terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. SCFA juga punya beberapa manfaat anti-inflamasi untuk membantu mencegah dan meringankan berbagai gangguan pencernaan seperti diare, inflammatory bowel disease (IBD),hingga melindungi dari kanker usus besar.
Apa hubungan antara SCFA dan diet?
SCFA dapat membantu pengaturan metabolisme lemak dengan cara meningkatkan pembakaran lemak dan mengurangi penumpukan lemak. SCFA terkenal sebagai asam lemak yang dapat membuat kenyang lebih lama dan mengontrol nafsu makan. Oleh karenanya, jika kamu makan makanan yang akan diubah menjadi SCFA dalam usus, seperti sayur- sayuran misalnya, justru kamu akan merasa kenyang lebih lama dan tidak mudah lapar. Dengan kata lain, sayur- sayuran, termasuk zat selulosa di dalamnya
#2 Terlalu banyak makan salad bisa menaikkan berat badan dibandingkan penurunan berat badan?
kalau makan salad selalu dengan banyak mayonaise, ya nggak heran kalau BB naikKalau makan melebihi energi yang dikeluarkan (kalori masuk lebih banyak daripada kalori keluar), jelas saja akan menyebabkan kenaikan berat badan. Bukan hanya karena kelebihan kalori makan sayur saja yang akan menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi semua jenis makanan. Namun, rata- rata, sebagian besar sayur, apalagi sayur- sayuran berdaun hijau memiliki kalori yang rendah. Kalori sayuran bisa naik melebihi kebutuhan kalori harian karena pengolahan atau cara memasaknya.
Misal, Anda membuat salad buah, tetapi menggunakan banyak mayonaise, bahkan melampaui jumlah sayur. Nah, disitulah masalahnya. Mayonaise mengandung kalori yang tidak sedikit sehingga jika Anda menginginkan salad versi rendah kalori dan lebih sehat, gantilah mayonaise dengan pilihan lain seperti minyak zaitun, tahini, atau bahkan tidak usah menggunakannya.
Sayur adalah sumber serat penting yang rendah kalori
Serat adalah zat prebiotik, biasanya berupa karbohidrat yang dapat dicerna dan dapat memicu pertumbuhan serta aktivitas metabolisme mikroba baik dalam usus dan umumnya digunakan untuk metabolisme mikroorganisme yang akan membawa dampak positif bagi tubuh manusia.
Banyak jenis sayur rendah kalori yang bersahabat dengan pencernaan, termasuk untuk mereka yang memiliki masalah gangguan pencernaan seperti irritable bowel syndrome (IBS). Sayur- sayuran tersebut tentunya juga bersahabat dengan diet. Apa saja sayur- sayuran yang dimaksud? Contohnya sayur- sayuran berdaun hijau. Brokoli, bayam, kangkung, kale, selada, buncis, dsb.
Serat pangan hanya diperoleh dari tumbuhan atau tanaman buah, sayur, kacang- kacnagan, biji- bijian. Makanan yang telah banyak melalui pemrosesan (ultra- processed) seperti roti putih, biskuit, dsb hampir sudah tidak memiliki serat pangan. Kebutuhan serat harian untuk anak usia 1- 18 tahun yaitu 14-31 gram serat/ hari, wanita <50 tahun sebanyak 21- 25 gr serat/ hari, dan pria <50 tahun sebanyak 30- 38 gr serat/ hari.
Cukup makan serat dapat melindungi dari risiko kanker usus besar. Selain itu, serat pangan juga dapat membatasi penyerapan kolesterol sehingga dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Bagaimana jika sayur diganti saja dengan buah untuk memenuhi kebutuhan serat?
Mungkin tidak sedikit yang tidak suka sayur dan beranggapan, “Ah, makan buah saja cukup. Aku nggak suka sayur. Lagipula, buah sumber serat, ngenyangin, dan enak.” Buah dan sayur memang dianjurkan untuk dikonsumsi harian dengan porsinya masing- masing. Namun, bukan berarti buah bisa menggantikan fungsi sayur.
Dalam porsi yang sama, sayur lebih rendah kalori, umumnya lebih tinggi protein dan rendah gula. Kebanyakan buah, apalagi buah musiman seperti durian, mangga, nangka, dsb adalah buah yang tinggi gula. Coba lihat perbandingan sayur dan buah di bawah.
Jadi, meskipun buah itu menyehatkan, konsumsi buah yang berlebihan pun tidak baik. Anda tetap membutuhkan sayur untuk diet bergizi seimbang.
Masih percaya kalau sayur bikin gemuk? Yuk, latihan untuk lebih jeli dan cermat dalam mencerna informasi seputar diet. Fokusnya bukan turun xx kg dalam waktu singkat, bahkan hampir tidak masuk akal. Yang terpenting yaitu turun berat badan secara sehat dan dapat mempertahankan berat badan ideal. Tidak kalah penting, kita pun harus enjoy menjalani perubahan gaya hidup ini.
Diet bukan hanya masalah menurunkan berat badan semata, tetapi merubah agar pola hidup lebih sehat untuk meningkatkan kualitas kesehatan secara keseluruhan.