Stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, penurunan kemampuan kognitif, dan risiko penyakit kronis di masa depan. Stunting juga berdampak negatif pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Stunting Menurut Kemenkes
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya. Standar yang digunakan adalah standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO). Anak dikatakan mengalami stunting jika tinggi badannya kurang dari minus dua standar deviasi (SD) dari median standar WHO. Dalam bahasa sederhana, anak dikatakan stunting jika tinggi badannya berada di bawah 2,5 persentil dari standar WHO.
Stunting merupakan salah satu indikator status gizi anak yang penting, karena mencerminkan kondisi gizi kronis yang dialami anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Periode ini disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang selama periode ini, maka akan terjadi kerusakan permanen pada otak anak yang sulit untuk diperbaiki.
Baca Juga : Musim Pancaroba di Indonesia: Ciri-Ciri, Dampak, dan Tips Menghadapinya
Kasus Stunting di Indonesia
Stunting merupakan masalah gizi yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen, yang berarti hampir sepertiga dari anak usia di bawah lima tahun mengalami stunting. Angka ini jauh di atas ambang batas WHO, yaitu 20 persen. Indonesia juga termasuk dalam 10 negara dengan jumlah anak stunting tertinggi di dunia, yaitu sekitar 9 juta anak.
Stunting tidak hanya terjadi di daerah miskin atau terpencil, tetapi juga di daerah perkotaan dan kaya. Hal ini menunjukkan bahwa stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor lain seperti sanitasi, pola asuh, pengetahuan gizi, dan akses pelayanan kesehatan. Stunting juga bervariasi menurut provinsi, kabupaten, dan kecamatan, dengan rentang antara 10,4 persen hingga 51,2 persen.
Stunting merupakan tantangan besar bagi pembangunan Indonesia, karena dapat menghambat potensi generasi emas yang diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dan sosial di masa depan. Stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang akan berpengaruh pada daya saing, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga : 5 Tips Mengatasi Pusing Kepala dan Mual
Cara Mencegah Stunting
Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi yang tepat dan terpadu sejak masa hamil hingga usia dua tahun. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Memberikan asupan gizi yang seimbang dan bervariasi bagi ibu hamil dan menyusui, termasuk suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin A.
Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia dua tahun atau lebih, sambil memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi, aman, dan sesuai usia.
Memberikan makanan tambahan bagi anak yang berisiko stunting, seperti biskuit energi protein, bubur kacang hijau, atau makanan lokal yang diperkaya gizi.
Memberikan suplemen mikronutrien bagi anak, seperti vitamin A, zink, dan tablet tambah darah.
Meningkatkan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar, seperti imunisasi, pemberantasan cacingan, dan deteksi dini stunting.
Meningkatkan sanitasi lingkungan, seperti membangun jamban sehat, menjaga kebersihan air dan makanan, dan mencuci tangan dengan sabun.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan masyarakat tentang gizi dan kesehatan anak, serta memberdayakan kelompok masyarakat, seperti posyandu, untuk mendukung upaya pencegahan stunting.
Baca Juga : 5 TIPS AGAR PUASA TIDAK LEMAS DAN TETAP BERENERGI
Kesimpulan
Stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, penurunan kemampuan kognitif, dan risiko penyakit kronis di masa depan. Stunting juga berdampak negatif pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Stunting merupakan masalah gizi yang serius di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 30,8 persen, yang berarti hampir sepertiga dari anak usia di bawah lima tahun mengalami stunting. Indonesia juga termasuk dalam 10 negara dengan jumlah anak stunting tertinggi di dunia, yaitu sekitar 9 juta anak.
Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi yang tepat dan terpadu sejak masa hamil hingga usia dua tahun. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah memberikan asupan gizi yang seimbang dan bervariasi bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan ASI eksklusif dan MP-ASI yang bergizi, memberikan makanan tambahan dan suplemen mikronutrien bagi anak, meningkatkan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar, meningkatkan sanitasi lingkungan, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan masyarakat tentang gizi dan kesehatan anak.
Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesadaran kita semua tentang pentingnya mencegah stunting demi generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan sejahtera.
Seorang yang senang menulis, dengan setiap kata yang saya pilih menjadi ekspresi dari dunia internal saya. Saya adalah pecinta kucing yang setia, keberadaan mereka membawa sukacita dan kenyamanan, menjadi sumber inspirasi dalam setiap langkah kehidupan saya. Saya adalah seoarang long-life learner dengan semangat untuk terus belajar dan berkembang, memotivasi saya menjadi versi terbaik dari saya setiap waktu.