Menurut WHO, ada dua tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks, yaitu tindakan pencegahan primer (utama) dengan pemberian vaksin HPV dan tindakan pencegahan sekunder melalui deteksi dini dengan melakukan tes Pap.
Penyebaran kanker serviks juga dapat diketahui dengan tindakan sekunder yaitu melalukan deteksi dini dengan melakukan tes Pap. Tes Pap – atau dikenal juga sebagai Pap Smear – merupakan uji ginekologi yang membantu mendeteksi sel abnormal pada lapisan serviks sebelum mereka memiliki kesempatan menjadi prakanker serviks dan selanjutnya berkembang menjadi kanker. Apabila hasil Tes Pap dinyatakan positif terhadap adanya sel abnormal pada lapisan serviks, maka tindakan terapi dapat dilakukan untuk mencegahnya menjadi kanker.
Tindakan primer atau yang terpenting untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah melalui vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV, sehingga virus yang masuk akan mati dan tidak sampai menimbulkan kanker serviks.
Vaksin HPV dapat melindungi dari HPV tipe 6,11,16,18. HPV tipe 16 dan 18 penyebab 70% kanker serviks di seluruh dunia. HPV tipe 6 dan 11 menyebabkan kutil kelamin (genital warts). Vaksinasi HPV membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV sehingga virus yang masuk akan mati dan tidak sampai menimbulkan kanker serviks serta kutil kelamin.
Siapa saja yang boleh menerima vaksinasi HPV?
Vaksin HPV dapat diberikan kepada anak-anak laki dan perempuan mulai usia 9 tahun; bagi perempuan dewasa bahkan bisa diberikan sampai usia 55 tahun. Dianjurkan untuk memberikan vaksin HPV pada anak sejak usia dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Apakah vaksin untuk kanker serviks efektif?
Vaksin HPV adalah vaksin inaktif (berisi protein serupa struktur cangkang virus HPV yang tidak mengandung DNA virus). Sehingga, vaksin ini sangat aman dan tidak mungkin menginfeksi manusia. Setelah disuntikkan, vaksin HPV akan merangsang pembentukan respon imun di dalam tubuh, sehingga menciptakan perlindungan terhadap kanker serviks.
Untuk vaksin Quadrivalent HPV, jika jadwal vaksinasi terganggu setelah pemberian dosis pertama, maka dosis kedua harus diberikan minimal setidaknya 1 bulan setelah suntikan pertama, dan dosis ketiga harus diberikan minimal setidaknya 3 bulan setelah suntikan kedua. Untuk vaksin Bivalent HPV, dosis kedua dapat diberikan antara 1-2.5 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga diberikan antara 5-12 bulan setelah dosis pertama.
Larangan pemberian Vaksin HPV kepada perempuan hamil
Vaksin HPV tidak dianjurkan untuk diberikan kepada perempuan yang sedang mengandung. Perempuan yang hamil sesudah pemberian dosis pertama, tidak boleh melanjutkan dosis kedua dan ketiga saat masa kehamilannya.
Waktu yang ideal untuk pemberian vaksinasi
Mengingat bahwa penularan virus HPV bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, maka pemberian vaksin HPV sebaiknya diberikan segera kepada perempuan berusia 9 – 45 tahun.
Namun demikian, vaksinasi yang diberikan pada remaja putri pada saat berusia 9 – 13 tahun dinilai paling efektif meskipun belum melakukan hubungan seksual. Rentang usia ini dinilai efektif karena pada masa inilah tubuh memberikan proteksi respon imun yang lebih baik dibanding usia di atasnya.
Untuk perempuan berusia 13 – 45 tahun, vaksinasi masih tetap direkomendasikan untuk yang belum pernah divaksinasi atau yang belum menyelesaikan seri vaksinasi secara penuh.
Tingkat keamanan vaksin HPV
Dalam uji klinis dan pembuktian setelah digunakan di dunia nyata, vaksin HPV dinilai sangat aman. Lebih dari 205 juta dosis vaksin sudah terdistribusi di seluruh dunia), sejak disetujui pada tahun 2006 oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat.
Organisasi kesehatan internasional terkemuka di seluruh dunia termasuk World Health Organization (WHO), US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Health Canada, European Medicines Agency (EMEA), Australia Therapeutic Goods Administration (TGA) dan yang lainnya juga terus merekomendasikan penggunaan Vaksin HPV.
WHO GACVS telah mengumpulkan data surveilans pasca-pemasaran dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan dari perusahaan manufaktur. Data tersebut dikumpulkan dari tahun 2006 sejak pertama kali diluncurkannya vaksin HPV sampai tahun 2014. GACVS menyatakan tidak menemukan isu keamanan yang dapat merubah rekomendasi vaksinasi HPV.
US CDC juga telah menyatakan bahwa pemantauan keamanan pasca-lisensi dari Juni 2006 hingga Maret 2013 menunjukkan bahwa tidak ada masalah keamanan baru terhadap vaksin HPV.
Efek samping yang mungkin muncul paska pemberian vaksin HPV
Efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah penyuntikan vaksin HPV adalah sebagai berikut:
Reaksi lokal: Sakit di tempat suntikan, eritema/kemerahan, bengkak.
Reaksi sistemik: sakit kepala, pireksia, mual, fatigue(kelelahan)
Penyebaran kanker serviks juga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan sekunder yaitu melalui deteksi dini dengan melakukan tes Pap.
Deteksi dini melalui Tes Pap sebaiknya dilakukan seawal mungkin bagi para perempuan yang sudah pernah berhubungan seksual.1
Apabila hasil tes dinyatakan positif terhadap adanya sel abnormal pada lapisan serviks, maka tindakan terapi dapat dilakukan untuk mencegahnya menjadi kanker.
Untuk meningkatkan akurasi bisa juga dilakukan pemeriksaan lain seperti IVA dan kolposkopi.2 Skrining dengan IVA merupakan skrining yang murah, mudah, dan dapat diaplikasikan di seluruh Indonesia. Skrining dengan pap smear dapat dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas pemeriksaan sitologi.
Baca Juga : Seberapa Ampuh Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker Serviks?
Apakah yang perlu diketahui sebelum melakuan tes pap smear?
Tes pap smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau dilarang atas petunjuk dokter. Waktu terbaik untuk melakukannya adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama menstruasi. Perempuan yang sudah menikah ataupun sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes pap setahun sekali. Bagi perempuan yang sedang hamil juga dapat melakukan tes pap karena prosedur tersebut aman.
Waktu melakukan Tes Pap
Tes Pap disarankan untuk dijalani hanya untuk perempuan yang sudah pernah berhubungan seksual, baik yang masih aktif ataupun tidak. Bagi yang sedang dalam kondisi tidak aktif berhubungan seksual disarankan untuk melakukan tes pap setiap 3 tahun sekali, sedangkan untuk yang masih aktif melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes Pap setiap 1 tahun sekali.
Tes pap dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada saat haid atau dilarang atas petunjuk dokter. Waktu terbaik untuk tes Pap adalah antara 10 – 20 hari setelah hari pertama menstruasi, dan sebaiknya perempuan tidak menggunakan douche atau pembersih vagina 1 – 2 hari sebelum pemeriksaan karena bahan-bahan tersebut dapat menyembunyikan sel-sel abnormal.
Apakah memakai kondom bisa mencegah penyakit HPV?
HPV dapat berpindah melalui kontak kulit ke kulit (skin to skin). Artinya, meskipun sebagian besar HPV menular melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga secara non seksual, yaitu melalui sentuhan kulit. Pemakaian kondom dapat meminimalisasi penularan virus tapi tidak bisa mencegah sepenuhnya karena bagian tubuh lainnya bisa terkena HPV.
Referensi:
- The American Cancer Society. Guidelines for the Prevention and Early Detection of Cervical Cancer 2016. Available at https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/prevention-and-early-detection/cervical-cancer-screening-guidelines.htmlAccessed on July 25th, 2017
- WHO Position Paper 2017. Available at http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/255353/1/WER9219.pdf?uaAccessed on July 25th, 2017
Saya adalah pejuang pangan organik, hal ini di karenakan banyaknya hal negativ yang saya rasakan jika tidak mengkonsumsi makanan organik, seperti daya tahan tubuh yang mudah drop dan lainnya